“Sesuatu itu
baru bisa berarti ketika kita sudah kehilangan”
Hari
ini kembali berpetualang bersama tim “Zakat Consultant”, mengunjungi ta’lim
ibu-ibu di sebuah perumahan di kota Satria ini. Menyusuri jalannya, kembali
mengingatkan aku pada suatu petang bersama saudari tercinta, mengunjungi sebuah
rumah saudari kami untuk “mencharger komitmen”, pasca melewati moment “Tarbiyah
menyejarah” itu. aku bersamanya, berboncengan, menerjang hujan, menaklukan
jalan yang berliku dan turun menanjak.
Romantis rasanya sore itu, hingga tersasar di bawah derasnya hujan. Ah..mengingat
masa itu, masihkah ia ingat, sedang aku disini merasa tiba-tiba merindukannya,
saudarikuJ
hingga berkali-kali kami berdua berkunjung meneguhkan komitmen itu, dan memulai
petualangan seru, ban bocor, soto
klaten, hujan deras, iltizam, sejarah, huft^^banyak yang aku kenang
bersamamu saudariku. Hingga kini, tak pernah aku merasa kehilangan saat tak
tampak wajahmu di dalam lingkaran iman itu, tiba2 hari ini aku merasa sangat
merindukanmu. Semoga Allah menyampaikan rindu itu kepadamuJ
Kembali
ke cerita hari ini, sampailah di sebuah rumah, ceritanya ta’lim ibu-ibu
perumahan, tapi lebih tepat disebut “ta’lim posyandu”Jmaklum setiap
satu umahat bawa satu anak, dari yang sudah pintar berjalan sampai yang masih
dalam gendongan, jadi sedikit ramai^^ dimulailah perkenalan, oleh komandan kami
lalu beliau bercerita banyak hal tentang PKPU dan kehidupan dalam kebaikan.
Mungkin aku pernah bahkan sering mendengar beliau cerita ini, tapi rasanya
siang ini bersama rasa yang berbeda. Getah beningku mencoba menerobos
pertahanan dinding-dinding pertahanan. Tubuhku mulai merinding, ah seperti
biasa saat pemberontakan ini, selalu seperti ini yang aku rasakan. Ntah seperti
ada rasa enggan untuk aku tidak kembali bertemu dalam aktifitas ini. Berkunjung
dari rumah ke rumah, menawarkan
sekedar yang kami punya, tabung peduli, kartu zakat dan infak bulanan, kaum
dhuafa, relawan, bencana dan lainnya. Ya Rabbi, ini akan
aku rindukan esok, belum pun aku benar-benar meninggalkan. Sepertinya, cinta
akan zonaku selama ini mulai tumbuh, meski di dalam sana ada yang terus
memberontak meminta keadilan atas kontribusi yang berharap bisa diberikan
lebih.
Disini,
aku memnag hanya belajar, tertatih dan terus belajar, meski aku tahu begitu lambatnya
aku. Bekerja bersama sekian target, mempertahankan diri selalu dalam kondisi
terbaik dan ceria, berkeinginan tinggi dan terbuka bersama yang ditemui,
sebetulnya cukup itu yang harus menjadi modalku. Tapi, saat ini rasanya aku
selalu belum sanggup untuk meneruskannya. Hingga pun siang ini di penghujung
siang ini, aku layangkan sebuah amplop cokelat ke sebuah tempat yang pun itu
tak asing lagi bagiku, di sudut lain dunia pendidikan. Berharap aku bisa lebih
mengoptimalkan potensi, mengikhtiarkan kontribusi seoptimal mungkin. Ya Rabb,
bukan aku tal bersyukur atas yang ada sekarang, tapi aku ingin memberi manfaat
yang semoga lebih bisa lebih baik daripada saat ini.
Menanti,
semogapun bukan hanya untuk dicoba tapiuntuk menjadi ladang amal yang
sesungguhnya esok^^menunggu, esok menjadi kenangan yang akan kembali menjadi
penyemangat dan semoga selalu menjadi peneguh komitmen ini, layaknya siang ini,
yang emudian mengingatkan kembali pada setiap fase tarbiyah menyejarah itu,
fase kembali meneguhkan komitmen itu. Tarbiyah Menyejarah___7
Ramadhan 1432 H__. Bersama setiap rintik hujan
dan aliran getah bening yang menetes seiramaJ