Pagi itu,
gerimis turun membawa suasana lebih sunyi, berusaha mengalahkan semangat pagi
kami untuk melakukan aktifitas yang sudah direncanakan beberapa hari
sebelumnya, padahal saat-saat yang sudah dinanti sejak lama. Senam akhwat ahad
pagi, agenda yang lama dinanti karena memang baru akan dirintis lagi hari itu.
Gerimis masih turun hingga 1 jam dari jadwal yang kami agendakan, ya sudah
akhirnya gagal dan kita pending pekan berikutnya, semoga bisa terlaksana
begitulah perbincangan kami pagi itu. Akhirnya, untuk tetap mengekspresikan
semangat pagi itu, kami berjalan ke sebuah pasar kecil dekat dengan kosan untuk
mencari sarapan pagi. “ya itung-itung pengganti riyadhoh pekan ini lah ukh,
kita jalan-jalan pagi saja yuk sambil mencari sarapan” begitu saran salah satu
saudari satu markasku di pagi yang masih gerimis itu. Subhanallah, akhirnya bisa
tetap menikmati suasana pagi itu dan mengalahkan kemalasan di pagi hari itu.
Selesai sarapan
pagi, kami langsung beraktifitas kembali dengan setumpuk agenda yang sudah disusun
untuk hari ini. Pagi itu jam 9 pagi kami mulai keluar dari markas, “Griya
Rabbani” nama markas kami saat itu. Aku dan 1 orang saudariku, panggil saja mba
dee, begitu panggilan khas aku untuknya, langsung menuju tempat tujuan karena
kebetulan kami menghadiri 1 agenda syuro yang sama. Beberapa saat kemudian
setelah acara dimulai, sms masuk di HPku, “innalillahi wa innailaihi Rojiun,
telah berpulang ke rahmatullah ibunda dari saudari Qt ukhti Bila,semoga Allah
menerima amalannya dan memberikan ketabahan untuk keluarga yang ditinggalkan”.
Dia adik kelasku di fakultas, saat itu aku langsung berkoordinasi dengan
teman-teman yang lain untuk rencana ta’ziahnya, tapi akhirnya kami memutuskan
untuk menunda keberangkatan siang itu, selain karena pertimbangan jarak,
ketersediaan kendaraan dan juga hanya dua orang akhwat (saudari perempuan) yang
bisa berangkat saat itu, maklum kondisinya sedang liburan kuliah, PKL dan KKN. Tidak lama setelah itu, sms masuk lagi,
mengabarkan tentang kondisi seorang adik kami yang sedang KKN di
Gombong-Kebumen tepatnya, beliau sakit dan harus di rawat di rumah sakit. Subhanallah,
hari duka pikirku saat itu.
Selesai syuro
aku segara pulang ke markas, ternyata salah satu saudari kami, panggil saja mba
annida, sedang bersiap-siap pergi untuk menengok seorang adik kami yang sedang KKN
di Gombong-Kebumen kabarnya dia dirawat di rumah sakit karena tipes dan demam
berdarah, sedangkan kodisinya tidak ada yang menemani di RSnya. Kami pun ikut
mempersiapkan untuk keberangkatannya. Sambil menunggu jemputan seorang teman
untuk mba annida, kami pun makan siang dulu di markas, selesai makan siang
tiba-tiba aku terpikir untuk ikut juga menengok kesana sekaligus menengok
adik-adik lain yang juga masih satu daerah KKN disana. Sebuah tradisi di organisasi
kami (LDF/LDK), setiap periode KKN kami selalu menengok saudara/i kami yang
sedang KKN. Aku meminta kesepakatan mba dee dan mba annida untuk diperbolehkan
ikut berangkat dan akhirnya mba dee pun memutuskan untuk ikut. Lalu bergegaslah
kami pun menyiapkan diri. Tepat pukul 14.00 kami berangkat mengendarai sepeda
motor. Karena mendapat kabar bahwa keluarganya baru bisa sampai di Gombong
malam hari akhirnya di tengah perjalanan kami meminta 2 orang ikhwan (saudara
laki-laki), untuk menyusul kami ke Gombong dan mengawal perjalanan kami kembali
lagi ke purwokerto malam nanti.
Perjalanan
terlewati kurang lebih 1,5 jam, tibalah kami di RS yang kami tuju. Selesai
shalat ashar dan berbincang sebentar aku dan mba dee langsung berangkat menuju
desa adik-adik yang sedang KKN di daerah setempat, sedangkan mba Annida dan Mba
fe menemani adik kami di RS. Petualangan sore yang luar biasa, karena tidak
faham daerah tersebut akhirnya setiap kali perjalanan berhenti untuk menanyakan
desa yang dituju, Alhamdulillah sampai di tempat tujuan masing-masing meskipun
sempat salah masuk posko KKN, karena kebetulan ada dua posko yang berdekatan
disana^_^.
Usai shalat
maghrib di salah satu posko, kami kembali ke RS dan ternyata 2 orang ikhwan
yang kami mintai tolong untuk mengawal pulang sudah datang. Singkat cerita,
akhirnya setelah keluarga adik kami datang, kami pun pamit pulang. Sebelum
melanjutkan perjalanan kami shalat isya dan makan malam dulu. Tepat pukul 20.00
kami pun melanjutkan perjalanan, cukup dingin udara malam itu, dan sepertinya
akan turun hujan karena sudah mulai terasa gerimis turun. Perjalanan malam itu,
pengendara motor bisa dihitung jari, banyaknya mobil-mobil besar, jalanan berlubang
dan penerangan sangat minim. Hujan mulai turun, maka butuh konsentrasi tinggi
untuk mengendarai sepeda motor. Alhamdulillah di tengah dingin dan suasana yang
cukup menegangkan (karena bagiku ini perjalanan malam pertama dalam jarak yang
cukup jauh), masih bisa mengendarai dengan lancar, dan sesekali harus maen
kebut-kebutan untuk menyalip mobil-mobil besar.
Perjalanan
hampir mendekati sebuah rel kereta,
tepatnya daerah Sumpiuh di depan ku sebuah truk besar tampaknya sedang mengurangi
kecepatannya karena akan melewati rel yang memang disana kondisi relnya tidak
begitu baik, arah rel yang sedikit melintang dan berlubang disana-sini. Tepat
di belakang kami sebuah truk siap menyalip rupanya, akhirnya aku mulai merapat
ke pinggir jalan yang semula kami
berjalan di pertengahan jalan yang lubang-lubangnya relatif lebih sedikit. Tapi
ternyata ketika sudah sampai di pinggir dan melewati rel ada sebuah lubang
cukup besar disana, akhirnya “Gubrak, Jeduk…”, ban motor yang kami kendarai
terselip di lubang tersebut dan akhrinya motor yang kami kendarai jatuh. Saat
itu yang aku rasakan hanya sedikit pusing karena sepertinya kepalaku terbentur,
alhamdulillah masih sadar dan masih mendengar suara mba dee saat itu, “ de
bangun de, tidak apa-apa kan?” tanyanya sambil menepuk badanku, saat itu luar
biasa mba dee yang aku bonceng tidak terluka sedikitpun, hanya memar di
beberapa bagian. Aku hanya diam karena tidak bisa terbangun saat itu yang aku
rasakan hanya sebuah ketidak berdayaan dan dalam hati aku bertanya, “Astaghfirullah,
Ya Allah kemana tanganku kok tidak ada”. Akhirnya aku di angkat orang-orang ke
posko penjaga rel kereta api. Kemudian ketengok tangan kananku, masih ada alhamdulillah
tapi aku tidak bisa merasakan apa-apa saat, sepertinya mati rasa, begitu
mungkin bahasa kerennya ya. Cukup panik suasana malam itu semua rombongan
kaget, dan langsung berpikir bagaimana caranya membawa aku pulang.
Alhamdulillah akhirnya
kami ingat ada seorang saudara kami yang berdomisili dekat lokasi kecelakaan,
sehingga kami meminta bantuan beliau untuk membawa kami pulang. Selama menunggu,
suasana cukup tegang juga karena ada polisi yang datang, was-was karena
khawatir polisi tersebut meminta surat-surat, kebetulan aku belum punya SIM
(Huf..!!!jangan dilaporkan yak dan jangan ditiru^_^). Dengan segera salah
seorang dari rombongan langsung mengajak beliau-beliau berbincang, untuk
mengalihkan perhatian mereka.
Akhirnya yang
kami tunggu pun tiba, langsung malam itu aku dibawa ke sebuah instalasi
radiologi, cukup jauh jaraknya dari lokasi kecelakaan tapi satu jalur dengan
perjalanan pulang. Dengan sigap para perawat disana menanganiku, karena kondisinya
sampai saat itu aku masih merasakan sebagian tangan kananku mati rasa akhirnya diputuskan
untuk melakukan pemeriksaan dengan rontgen. Kaget dan bingung, pasalnya aku
hanya memegang uang tidak lebih dari 30 ribu saat itu, dan yang aku tahu 3
orang mba-mbaku juga kondisinya tidak jauh beda, maklum akhir bulan saat itu=).
Tapi sudahlah urusan uang nanti pikirku saat itu, yang penting di periksa dulu.
Tepat jam 22.00 aku masuk ruangan rontgen dengan penuh ketegangan. Tidak lebih
dari 30 menit sepertinya, akhirnya keluar juga hasil rontgennya. Alhamdulillah,
hasilnya menunjukkan tanganku masih baik-baik saja, hanya karena terkilir dan
terbentur akibatnya tulang dibagian siku bergeser dan memar, tapi termasuknya
masih ringan. Kemudian tanganku dibalut kain cokelat (apa ya bahasa medisnya??^_^).
Dokter hanya bilang, “tangannya diistirahatkan dulu ya mba, jangan banyak
bergerak dulu, minimal satu bulan”. Sempat shock juga setelah mendengar pesan
dokternya, gimana caranya beraktifitas tanpa tangan kanan selama 1 bulan
(makan, nyuci, ngerjain skripsi, dan ngerjain aktifitas lainnya, Masya Allah,
Tidaaak…) batinku. Hanya bisa diam dan hanya bisa berdo’a, “Ya Allah hamba
tidak tahu ini rahmat atau musibah, hamba hanya bisa berbaik sangka padaMu,
pasti semuanya ada jalan”. Teman-teman satu rombongan pun terus menghibur,
akhirnya hanya bisa tersenyum saat itu, padahal sebenarnya ingin sekali menangis,
tapi ternyata air mata ini malu menampakkan rupanya. Dan yang aku tahu
sebenarnya teman-teman pun sedang kebingungan, gimana cara untuk bisa
mengeluarkan aku dari sini setelah selesai pemeriksaan (berhubung saat itu uang
yang kami bawa pas-pasan^_^)
Tepat 00.30
sampailah di markas dengan suasana penuh haru, akhirnya dengan berbagai cara teman-teman
bisa juga membayar biaya pemeriksaan, meski hingga kini aku tak tahu gimana
mereka akhirnya bisa membayar semua biayanya, semoga terganti dengan yang lebih
baik untuk mereka. Aku hanya bisa membayangkan hari-hari berikutnya saat itu,
sepertinya akan merepotkan kalian mba-mbaku di markas tercinta^_^, dan ternyata
benar mengharukan hari-hari setelah itu, setiap akan makan semuanya ribut
mengambil giliran untuk menyuapiku, semua keperluanku berebut mereka kerjakan, setiap
malam bergiliran menunggui karena sekali-kali terkadang aku terbangun mengeluh
kesakitan, terkadang demam atau sesekali aku mengigau dan yang lain pun
bergiliran menengok dan membawakan bingkisan kecil di setiap kedatangannya,
bahkan yang tidak berkesempatan menengokpun tak ketinggalan dengan kiriman
tausiyahnya lewat pesan singkatnya. Lebih terharu lagi, beritanya tidak hanya
tersebar kepada mereka yang berada di kawasan Purwokerto, sampai juga ternyata
kepada mereka yang berada di sudut-sudut kota lain, Ciamis, Indramayu, Garut
bahkan hingga ke Jakarta. Tak lupa di setiap akhirnya mereka selalu berkata, “hobbinya
kecelakaan ya ukh?”^_^
Kejadian hari
itu berarti kelima kalinya aku mengalami kecelakaan sepanjang perjuanganku
bersama mereka disini. Lagi-lagi di setiap momentnya selalu ada hikmah luar
biasa yang aku rasakan, dan selalu hangatnya ukhuwah ini yang menghiasi di
setiap momentnya. Saat itu yang mungkin aku rasakan sebuah musibah, tapi
ternyata disana pun Engkau mengkaruniakan sebuah rahmatMu ya Allah. Ya Allah
aku bersyukur Engkau mengkaruniakan hamba saudara-saudari sebaik mereka
kepadaku. Dan aku benar-benar merasakan orang yang paling beruntung bisa bersama
mereka dalam lingkaran ukhuwah ini. Tak ada ikatan nasab, darah, tapi ikatan
aqidahlah yang menyatukan kami disini. Semoga Engkau membalasnya dengan
sebaik-baik balasan kebaikan untuk mereka. Semoga setetes keringat ataupun
segores luka yang kami torehkan ini, bisa menjadi bekal untuk kami bertemu
denganMu kelak. Uhibukumfillah ikhwah..semoga Allah mempertemukan kita di
syurgaNya kelak..aamin. Alhamdulillah saat menulis ini, tangan kananku sudah
bisa beraktifitas normal dan atas ijinNya..tidak sampai satu bulan
Alhamdulillah atas ikhtiar semuanya, Allah memberikan kesembuhan dengan
cepat^_^.
Thank to: Ummi , teteh & Aa di rumah
atas do’anya yang tak pernah putus, Mba Annida, Mba dee, Mba fe, Akh Dian, Akh
ipung (Teman satu perjalanan malam itu). dr. yenni, dr. Nessyah, dr Arum (yang telah ikut merawat),
ummiku dan saudari2ku di lingkaran kecil syukron atas tausiyah&nasihatnya. Saudara/i
satu perjuangan yang tidak bisa disebutkan satu per satu jazakumullahu khoyr
atas semua do’a, bantuan dan motivasinya.
Sebuah nasihat dr salah satu sms yang
masuk: “pesan untuk para akhwat (saudari perempuan), jika mengendarai motor,
hati-hati ya karena biasanya akhwat-akhwat mengendarai motornya seperti
Lorenzo^_^” =)
“Tiada suatu musibah yang menimpa
(seseorang), kecuali dengan izin Allah, dan barang siapa beriman kepada Allah,
niscaya Allah akan member petunjuk kepada hatinya, Dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.” (Q.S. At-Taghabun:11)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar